Di alam semesta yang indah ini,
hampir tidak ada sesuatu yang tetap. Segala sesuatu terus-menerus berubah,
entah kita sadari ataupun tidak. Misalkan, dari tubuh kita yang mulanya kecil
tak berdaya, kemudian tumbuh menjadi sebesar dan sekuat saat ini ; sampah yang
kita bakar sesaat kemudian berubah menjadi abu ; mengalirnya air dari tempat
tinggi ke tempat rendah ; mengalirnya panas dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah ; dan masih banyak lagi. Kebanyakan proses yang berlangsung
secara alami tersebut cenderung berubah hanya ke satu arah, misalkan sampah
yang terbakar pasti menjadi abu, namun mustahil abu bisa kembali lagi menjadi
sampah secara spontan. Sebenarnya, apa yang membuat sesuatu di dunia ini dapat
terjadi dan apa yang membuatnya menjadi tidak mungkin terjadi?
Pertanyaan tersebut terjawab setelah ilmuan Amerika Serikat, Josiah
Williard Gibbs menerangkannya secara gamblang di akhir abad kesembilan belas.
Intinya bahwa di jagat raya ini, ada keseimbangan antara dua kualitas mendasar,
yaitu energi dan entropi. Keseimbangan ini memadai untuk menentukan apakah
sesuatu dapat terjadi atau tidak.
Sesungguhnya, beberapa peristiwa di
alam ini dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi semua itu tidak akan
berlangsung berlawanan kecuali kita memaksanya dengan bantuan dari luar.
Contohnya, secara alami air hanya bisa mengalir dari tempat tinggi ke tempat
yang lebih rendah, tidak mungkin bergerak ke arah sebaliknya dengan sendirinya.
Namun kita dapat memaksanya untuk mengalir dari ke tempat yang lebih tinggi
dengan bantuan mesin pompa air. Bahkan, abu hasil pembakaran sampah dapat
kita kembalikan lagi menjadi sampah, asalkan waktu dan peralatan yang digunakan
telah tersedia.
Hanya saja, untuk mencapai hal
tersebut kita butuh banyak sekali campur tangan dari pihak luar, dalam hal ini
adalah energi. Banyak hal di dunia ini yang dapat berubah secara spontan, namun
beberapa ada yang sama sekali tidak bisa
berubah dengan sendirinya meskipun kita begitu sabar menunggunya. Singkatnya,
jika keseimbangan antara energi dan entropi tepat, sesuatu akan terjadi ;
sebaliknya jika keseimbangan tersebut tidak tepat, sesuatu yang sama tidak akan
terjadi.
Sebelum melangkah lebih jauh,
pertama mari kita bahas mengenai energi. Seperti yang sudah kita ketahui,
energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Di alam semesta ini, berlaku
ketentuan bahwa segala sesuatu cenderung
mengurangi energinya. Sebagai contoh, air yang berada di bendungan tinggi
selalu mencoba untuk melepas energi potensial gravitasinya dengan terjun ke
bawah. Sesampainya di bawah, energi potensial gravitasi akan dibuang untuk
menggerakan turbin dan akan menghasilkan listrik yang menerangi rumah kita.
Kemudian yang kedua yaitu entropi.
Secara sederhana, entropi dapat diartikan sebagai ketidakteraturan, yakni suatu
kondisi ketika segala sesuatu mengambil tatanan serba kacau, serba tidak teratur.
Keadaan ini berlaku untuk setiap partikel yang menyusun zat, dalam hal ini
atom-atom dan molekul-molekul. Pada saat tertentu, mereka dapat berada dalam
keadaan teratur (entropinya rendah), namun pada keadaan yang lain mereka bisa
berada pada keadaan yang serba kacau (entropinya tinggi). Jika faktor yang lain
sama (misalnya saja energinya) maka berlaku ketentuan bahwa segala sesuatu cenderung meningkatkan
entropinya.
Jadi, segala sesuatu bisa terjadi
secara spontan jika mematuhi salah satu atau kedua ketentuan diatas, yaitu, harus mengurangi energi yang dia miliki,
dan atau meningkatkan entropinya.
Kita ambil contoh pertama, air
terjun. Air terjun yang jatuh tidak mengalami perubahan entropi, susunan molekulnya saat di atas dan
dibawah tidak berubah, namun disini dia melepas banyak energi, jadi dia telah
memenuhi ketentuan pertama, melepas energi, sehingga proses ini dapat berlangsung
spontan.
Contoh kedua, garam yang larut dalam
air. Energi yang dimiliki garam sebelum dan sesudah dilarutkan sama, namun molekul
garam makin tidak karuan, tersebar di antara molekul air sehingga entropinya
meningkat. Proses ini berlangsung secara spontan, karena memenuhi ketentuan kedua,
yaitu meningkatkan entropi.
Apabila suatu proses melanggar salah
satu ketentuan alam diatas, apakah proses tersebut masih bisa berlangsung
spontan? Tentu bisa. Hanya saja, salah satu proses harus berubah lebih besar
daripada proses yang melanggar ketentuan tersebut. Misal jika suatu proses
menyerap energi, maka agar berlangsung spontan proses tersebut harus
meningkatkan entropinya jauh lebih banyak daripada energi yang dia serap.
Dan jika suatu proses tidak memenuhi salah
satu atau kedua ketentuan tersebut, maka proses tersebut mustahil
akan terjadi, kecuali jika kita sengaja melanggar kaidah dengan
mendatangkan energi dari luar.
Sumber :
Wolke, Robert L. 2003. Einstein Aja Gak Tau! Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Sumber :
Wolke, Robert L. 2003. Einstein Aja Gak Tau! Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
0 komentar:
Posting Komentar