Selasa, 23 Februari 2016

Tapi Sayang, Cuma Sekali Pakai

sumber gambar : permadanialam.blogspot.com

Sering kali kita melihat pemerintah serta orang-orang yang mengaku sebagai aktivis lingkungan begitu gencarnya mengkampanyekan istilah hemat energi. Mulai dari himbauan untuk menggunakan kendaraan umum saat bepergian, mematikan alat listrik yang tidak diperlukan, menggunakan sepeda atau jalan kaki untuk bepergian jarak dekat, dan yang paling menjengkelkan —mungkin hanya dialami sebagian daerah saja—  adalah pemadaman listrik bergilir. Pernah saya berfikir, sebenarnya buat apa pemerintah repot-repot untuk menyuruh kita menghemat energi? Bukankah energi yang sudah dipakai itu hanya berubah bentuk? Lantas kenapa kita tidak menggunakan kembali energi yang telah berubah bentuk alih-alih menghemat pemakaian energi?

Pertanyaan-pertanyaan diatas nampaknya memang masuk akal. Sebelumnya, kita telah mengenal Hukum Kekekalan Energi, yang terkadang juga dipanggil dengan nama Hukum Pertama Termodinamika. Hukum tersebut mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Energi hanya dapat dipertukarkan dari satu bentuk ke bentuk lain dan sebaliknya —listrik, panas, cahaya, kimia, dan sebagainya— tetapi menurut Hukum Pertama Termodinamika kuantitas energi di tiap perubahan bentuk haruslah sama dan tidak pernah hilang begitu saja. Jumlah massa-energi di jagat raya telah ditentukan pada saat semuanya diciptakan. Itu artinya kita tak akan pernah kehabisan energi.

Jika memang demikian, yang kita perlukan hanyalah membuat mesin yang tepat untuk mengubah energi tersebut ke bentuk yang kita inginkan, dan terus menggunakanya sesuka hati tanpa khawatir kehabisan energi. Kita akan mendaur ulang energi sama seperti kita mendaur ulang botol plastik minuman.  Tapi, benarkah demikian?

Namun sayang, Hukum Pertama Termodinamika masih punya saudara yang tak akan membiarkan dia berbuat sekehendak hatinya. Suadaranya itu adalah Hukum Kedua Termodinamika, yang mengatakan bahwa setiap kali kita mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita kehilangan sebagian dari manfaat keseluruhan.
Kita tidak dapat menghilangkan energi itu sendiri, hanya saja kehilangan sebagian manfaatnya, lalu kemanakah perginya energi yang tak berguna itu?

Jawabanya adalah terbuang ke lingkungan dalam bentuk panas. Setiap kali kita mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk lain, mau tidak mau sebagian nilainya harus berubah menjadi panas. Sekitar 60 persen energi dalam batu bara yang dibakar di pembangkit listrik tenaga uap menghasilkan limbah berupa panas; hanya 40 persen diantaranya yang berubah menjadi listrik,  sementara sebagian dari listrik itu pun hilang dalam perjalanan melalui kabel-kabel tinggi yang direntangkan di udara. Selanjutnya, 98 persen energi listrik yang masuk ke bola lampu pijar juga terbuang sebagai panas. Pada kendaraan bermotor, sekitar 80 persen bahan bakar keluar dari radiator dan pipa gas buang dalam bentuk panas; hanya 20 persen yang diubah menjadi energi gerak.

Akan tetapi, bukankah panas masih berupa energi ? Lalu mengapa kita tidak mengambil panas tersebut kemudian menyuruh mereka bekerja kembali ? Dan sekali lagi, Hukum Kedua Termodinamika menjelaskan, sebenarnya kita bisa melakukanya, hanya saja tidak semuanya. Berbeda dengan  bentuk energi lain bisa diubah 100 persen menjadi panas, panas tidak dapat diubah 100 persen menjadi bentuk energi lain. Hal ini dikarenakan pada dasarnya panas merupakan gerak molekul-molekul yang acak, tidak beraturan. Dalam kondisi sekacau itu, sangat sulit bagi kita untuk mengatur mereka bekerja sesuai kemauan kita. Hal ini bisa diibaratkan kita memiliki kereta yang ditarik sepuluh ekor kuda, namun masing-masing kuda ingin berlari ke arah yang berbeda.

Meskipun memakan waktu yang lama, semua energi yang ada pasti berubah menjadi panas tanpa bisa kita cegah. Semua energi di alam semesta ini akan berubah menjadi gerak partikel-partikel acak yang tak berguna dan serba kacau. Semakin banyak energi yang kita gunakan, semakin banyak energi yang terbuang.

Dan untuk itulah, kita sebagai satu-satunya makhluk berakal di muka bumi ini, agar bisa lebih bijaksana dalam menggunakan energi yang masih tersisa, sebelum jagat raya ini semakin renta dan berakhir pada kehancuran.

Sumber :
http://haxims.blogspot.co.id/2009/09/dapatkah-kita-mendaur-ulang-energi-itu.html
http://fisikazone.com/hukum-ii-termodinamika/
http://teori-fisika.blogspot.co.id/2009/08/hukum-kedua-termodinamika-pernyataan.html

0 komentar:

Posting Komentar