Rabu, 24 Februari 2016

Kisah Hidup Baterai

indovapor.com

Dewasa ini hampir semua perlatan yang kita pakai menggunakan baterai sebagai sumber tenaganya. Mulai dari handphone, laptop, kamera, senter, jam, kalkulator, bahkan rokok sekalipun (tentunya rokok elektrik) semua menggunakan baterai. Pasti didalamnya ada cukup banyak listrik, namun bagaimana caranya benda sekecil itu bisa menyimpan listrik?

Sebenarnya, baterai tidak menyimpan listrik, lebih tepat dikatakan jika baterai menyimpan bahan kimia yang mengandung potensi untuk menghasilkan listrik. Bahan kimia tersebut disimpan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga tidak akan bereaksi hingga kita memasang baterai pada peralatan kita  dan menyalakan saklarnya.

Reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh si baterai biasa disebut dengan istilah reaksi redoks (reduksi–oksidasi). Sebenarnya, reaksi redoks ini sangat mudah kita jumpai di sekitar kita, misal proses perkaratan yang terjadi pada pagar besi, seng pada atap rumah serta besi-besi tua  yang teronggok di gudang rumah kita. Kita tidak dapat mengetahui listrik yang dihasilkan karena listrik itu diserap oleh atom-atom tertentu sesaat setelah diproduksi oleh atom-atom yang lain. Untuk kasus sebuah baterai, yang telah kita lakukan adalah mengendalikan reaksi-reaksi kimia sedemikian rupa sehingga kita dapat memanen listrik yang dihasilkan tiap kali kita membutuhkannya. Sebelum melangkah lebih lanjut, mari kita kenali dulu apa itu listrik.

Arus listrik adalah aliran elektron-eletron yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Sedangkan elektron itu sendiri adalah partikel bermuatan listrik negaif yang berada pada kulit atom. Elektron-elekton ini hanya mau bergerak ketika mendapat pemicu, misalnya dalam hal ini adalah  baterai. Pada saat itu, elektron dari atom A akan dilepas kemudian diterima atom B, lalu atom B harus rela melepas elektron untuk diterima ke atom C, begitu seterusnya.

Ketertarikan suatu atom dalam menyerahkan atau menerima suatu elektron berbeda satu sama lain. Ada atom yang hanya mau melepas satu atau dua eletron, sementara atom yang lain ada yang enggan melepas elektron miliknya bahkan ada yang mau menangkap satu atau dua elektron lagi untuk dirinya sendiri. Apabila atom A bertemu dengan atom B, keduanya dapat melakukan transaksi yang menguntungkan dengan syarat jumlah elektron yang diserahterimakan anatara kedua atom sama. Setidaknya seperti itulah prinsip sederhana dari reaksi redoks.

Namun arus listrik yang ditimbulkan dari transaksi elektron antar atom tersebut sangatlah kecil, sehingga kita memerlukan atom A dan atom B dalam jumlah yang sangat banyak untuk membuat sebuah baterai. Selain itu, kedua jenis atom harus kita pisahkan  dengan memberi sebuah penghalang berupa kertas  basah, sehingga elektron atom A hanya dapat berpindah ke atom B di ruang sebelah melalui saluran-saluran yang serba rumit saat saklar ditutup.

Pada umumnya, baterai dapat dibuat dari bahan potassium hidroksida (baterai alkaline), Carbon Zinc (ZnMnO2),  litium, serta perak oksida. Baterai-baterai yang terbuat dari bahan tersebut biasa disebut baterai primer, yaitu baterai yang hanya sekali pakai, tidak dapat diisi ulang.

Ketika atom-atom pengirim telah menghabiskan elektron mereka kepada atom penerima, baterai itu mati, dan dengan terpaksa kita harus menggantikan baterai  yang telah lama berkuasa di perangkat kita dengan yang baru. Namun kemasan baterai harus dibuang ke tempat daur ulang khusus, karena didalamnya terkandung banyak zat yang berbahaya bagi lingkungan.

Sementara itu, baterai NiCd (nikel-kadmium), baterai Li-ion (litium-ion), serta baterai timbal-asam pada mobil adalah baterai yang dapat diisi ulang (rechargeable), yang juga bisa disebut baterai sekunder. Kita dapat membalikkan proses pengiriman elektron dengan memaksa elektron-elektron dari atom penerima kembali ke atom pengirim, sehingga baterai-baterai itu dapat bekerja kembali sebagaimana mestinya. Namun sayang, setiap kali baterai diisi ulang, ada kerusakan mekanik yang terjadi di dalamnya, sehingga baterai isi ulang baru masih punya kesempatan untuk menggantikan baterai lama yang sudah renta.


Sumber :
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 2009. Kimia 3. : Yudhistira
Wolke, Robert L. 2003. Einstein Aja Gak Tau. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
www.plimbi.com/article/144842/bahan-kimia-baterai
sanfordlegenda.blogspot.com/2013/Types-of-batteries-Mengenal-jenis-jenis-baterai

0 komentar:

Posting Komentar